TERIMA KASIH SELAMAT DATANG

Selamat menikmati lembar pengetahuan yang sederhana ini. Semoga bisa memberi manfaat kepada kita semua khususnya buat kami. Silahkan berbagi pengetahuan agar memberi kebaikan baik bagi diri maupun lingkungan sekitar kita.

Sabtu, 26 Maret 2011

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN MALARIA METODE TETES DARAH TEBAL DAN RAPID TEST

Sukono. Penyakit malaria hampir setua sejarah manusia yang berasal dari benua Afrika. Fosil nyamuk pembawa malaria berumur 30 juta tahun ditemukan dibenua Afrika. (Soedarto,1999). 
Nyamuk ini menyebarkan malaria didaerah beriklim panas diseluruh dunia. Penyakit malaria bukan akibat kutukan Tuhan seperti dalam mitos Cina, ini dibuktikan oleh Hypocrates yang merincikan gambaran penyakit malaria. Kata malaria merupakan gambungan antara kata Mal yang berarti buruk dan Ria yang berarti Udara.(Nadesul,1996). Sehingga malaria dinyatakan sebagai penyakit akibat udara atau musim yang jelek. Pada tahun 1880 malaria ditemukan oleh Leveran, penyebabnya ternayata sebuah parasit yang hidup dalam sel darah merah manusia. Yang kemudian oleh Ross menemukan bahwa parasit berukuran beberapa mikron ini ditularkan oleh nyamuk malaria. Penyakit malaria tersebut diseluruh dunia terutama menduduki wilayah sekitar garis lintang 60º keutara dan 32º keselatan khususnya didaerah beriklim panas.
Penyebaran malaria di dunia meliputi 100 negara yang beriklim tropis dan sub tropis. Penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 milyar atau 41% dari penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300 – 500 juta dan mengakibatkan 1,5 – 2,7 juta kematian terutama di Afrika, Sub Sahara. Wilayah di dunia yang kini bebas dari malaria adalah Eropa, Amerika Utara, sebagian besar Timur Tengah,sebagian besar Karibia, sebagai besar Amerika Selatan, Australia dan Cina. Situasi malaria di Asia Tenggara terdapat di Banglades 125 ribu insiden, India 2,850 ribu insiden, Indonesia 100 ribu insiden, Myanmar 59 ribu insiden, Nepal 7 ribu insiden, Sri Lanka 143 ribu insiden dan Thailand 88 ribu insiden (Harjanto).
Di Indonesia malaria tergolong penyakit menular yang masih bermasalah hampir 20 provinsi terjangkit malaria termasuk provinsi Papua. Dari data program pemberantasan penyakit menular penderita malaria sebanyak 30 juta pertahun dengan jumlah kematian diantara 12 ribu pertahunnya. (Etjang,1997)
Diagnosa malaria sebagaimana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinik (termasuk anamnesis), uji imunoserologi dan ditemukannya parasit (Plasmodium) didalam darah penderita. Manifestasi klinik demam malaria seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain (demam Dengue, Demam Typoid) sehingga menyulitkan para klinisi untuk mendiagnosis malaria dengan mengandalkan pengamatan manifestasi klinis saja. Untuk itu diperlukan pemeriksaan laboratoris untuk menunjang diagnosis malaria sedini mungkin. Hal ini penting mengingat infeksi oleh parasit Plasmodium (terutama Plasmodim falsiparum) dapat berkembang dengan cepat dan menimbulkan penyakit-penyakit yang berat.
Secara garis besar diagnosis laboratoris demam malaria digolongkan menjadi dua kelompok yaitu pemeriksaan mikroskopis (dengan berbagai teknik termasuk Quatitative Buffy Coat) dan uji imunoserologi untuk mendeteksi adanya antigen specifik atau antibodi specifik terhadap Plasmodium.
Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survai epidemologi dimana pemeriksaan mikroskopik tidak dapat dilakukan. Sebagai standart emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada penderita individual atau survai epidemologi adalah mikroskopis untuk menemukan parasit Plasmodium didalam darah tepi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.