Ferawati Rahmat.
Ferawati Rahmat. Air adalah hal yang sangat urgen dalam kehidupan, karena tidak satupun bentuk kehidupan yang dapat berlangsung tanpa tersedianya air yang cukup. Bagi manusia , air merupakan kebutuhan yang sangat vital, apalagi 73% dari komponen tubuh manusia disusun oleh air, disamping itu air pun sangat penting dalam menjalankan kehidupan sehari hari seperti mandi, memasak, pertanian, sumber tenaga, dll (Faisal;2003).
Kebutuhan manusia akan air harus pula memenuhi standar kesehatan air yang diatur dalam undang-undang kesehatan No 23 tahun 1998 yaitu penyehatan air bersih meliputi pengaman dan penetapan kualitas air yang memenuhi persyaratan secara fisik, kimia, maupun bekteriologi untuk berbagai kebutuhan hidup manusia. Air yang tidak memenuhi persyaratan akan menjadi media yang baik untuk perkembang biakan suatu mikroba sehingga memberi pengaruh buruk bagi kehidupan manusia, salah satunya adalah penularan penyakit diare.
Ada beberapa penyakit yang ditularkan melalui air misalnya water borne disease yaitu penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, dimana bila air minum tersebut bila mengandung kuman patogen terminum oleh manusia maka akan terjadi penyakit, antara lain thypus, cholera, hepatitis, gastroenteritis, dll. Water washed disease yaitu penyakIt yang disebabkan oleh kurangnya air untuk memelihara hygyene seseorang. Jenis penyakit ini banyak dijumpai pada daerah tropis, misalkan infeksi saluran pencernaan , infeksi kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh mikroba maupun insekta. Penyakit ini sangat erat kaitanya dengan higiene perseorangan yang sangat buruk, yang perlu diperhatikan adalah tersedianya air bersih sehingga air tidak mengandung mikroba ataupun insekta. Water based disease yaitu penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang sebagian siklus hidupnya di air seperti schistosomiasis. Water related insect vector yaitu penyakit yang ditularkan melalui vector yang hidupnya tergantung pada air misalnya malaria, demam berdarah (dengue), yellow fever dan lain sebagainya (Setyawan;2003).
Air sumur gali maupun air sumur pompa disekitar desa Tarasu kecamatan Kajuara kabupaten Bone merupakan sumber air utama bagi masyarakatnya, karena belum meratanya jangkauan pelayanan air bersih dari perusahaan air minum sehingga air sumur dijadikan alternatif bagi masyarakat dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari, baik itu mencuci, memasak bahkan sebagai air minum. Namun karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang syarat air minum sehingga dalam pembuatan sumur gali atau sumur bor tidak memperhatikan faktor kesehatan yang sangat penting. Jarak antara jamban dan sumur biasanya dibuat kurang dari 10 meter dan hal ini memungkinkan terjadinya pencemaran tinja kedalam sumur yang membuat air menjadi bau dan berwarna.
Dampak dari kelalaian inilah sehingga pada bulan November hingga Desember tahun 2004 yang lalu terjadi kasus mewabahnya penularan penyakit diare ditambah dengan kasus demam berdarah diawal musim penghujan saat itu. Meskipun belum termasuk KLB (kejadian luar biasa) tetapi kasus ini cukup meresahkan masyarakat karena dari wabah ini begitu cepat menular dari hari kehari seperti data yang peroleh dari puskesmas terdekat bahwa puluhan penderita diare yang dirawat, beberapa diantaranya sampai ada yang meninggal karena terlambat mendapat pelayanan kesehatan baik dari pihak rumah sakit maupun puskesmas terdekat, bahkan wabah ini telah menginfeksi separuh dari santri yang belajar pada pesantren di daerah tersebut. Kejadian fatal ini bukan saja karena keterbetasan dari alat dan prasarana kesehatan yang tersedia di puskesmas, tetapi disebabkan oleh pola fikir masyarakat yang lebih cenderung memberi pertolongan pertama dengan cara yang kurang benar bahkan lebih mempercayakan pada jasa dukun dari pada jasa dokter. Padahal apabila ditinjau dari segi ekonomi, taraf kehidupan masyarakat daerah ini jauh lebih baik daripada di desa sekitarnya karena sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pelaut dan pedagang antar pulau dalam skala menengah keatas sehingga kehidupan mereka tergolong makmur, akan tetapi mereka tidak terlalu memperhatikan masalah pendidikan sehingga pola fikir mereka manjadi sempit dan terbatas pada pengadaan materi untuk pemenuhan kehidupan sehari hari.
Dari kasus inilah penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh adanya pencemaran sumber air keperluan rumah tangga di desa Tarasu kecamatan Kajuara kabupaten Bone secara bakteriologi yaitu dengan melakukan uji laboratorium terhadap kontaminasi E.coli terhadap sumber air keperluan rumah tangga sehingga menyebabkan mewabahnya panyakit diare beberapa waktu yang lalu, meskipun kita ketahui bahwa bakteri E.coli adalah kuman yang merupakan flora normal yang hidup dalam usus dan biasanya tidak menyebabkan penyakit bahkan memberi nutrisi dan fungsi normal didalam usus (Jawetz dkk, 2001;357). Selain itu beberapa species dan kelompok bakteri telah dievaluasi untuk menentukan sesuai tidaknya untuk digunakan sebagai sebagai organisme indikator dan yang hampir memenuhi semua persyaratan lokal ialah E.coli dan kelompok E. coli lainnya. Bakteri tersebut dianggap indikator polusi tinja yang dapat diandalkan (Pelczar 1988;873). Tetapi apabila bekteri ini mencapai jaringan diluar intestinal normal dan tempat flora normal maka bakteri ini akan menjadi patogen (Jawetz 2001:357) yang bisa menimbulkan diare cair akut pada anak-anak dan orang dewasa di daerah Bulukumba (PMPD,1999;11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.