TERIMA KASIH SELAMAT DATANG

Selamat menikmati lembar pengetahuan yang sederhana ini. Semoga bisa memberi manfaat kepada kita semua khususnya buat kami. Silahkan berbagi pengetahuan agar memberi kebaikan baik bagi diri maupun lingkungan sekitar kita.

Selasa, 05 April 2011

ERGONOMI DAN FAAL KERJA

BAB I
PENDAHULUAN
         Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. 
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
BAB II
ERGONOMI DAN FAAL KERJA
A. TINGKAT BEBAN KERJA
Jantung merupakan alat yang sangat penting bagi bekerja. Alat tsersebut merupakan pompa darah kepada otot-otot, sehingga zat yang diperlukan dapat diberikan kepada dan zat-zat sampah dapat diambil dari otot. Jantung bekerja diluar kemauan dan memiliki kemampuan-kemampuan secara khusus. A1at itu memompa darah arteri ke jaringan-jaringan, termasuk otot dan darah vena ke paru-paru. Suatu denyut jantung merupakan suatu volume denyutan (stroke volume) darah arteri. Dengan sejumlah denyutan tiap menitnya, maka jantung memompakan sejumlah darah arteri yang cukup untuk keperluan bekerja. Dengan kegiatan tubuh yang meningkat, jantung harus memompakan darah lebih banyak, berarti jumlah denyutan bertambah. Denyutan jantung dapat diukur dari denyutan nadi. Dengan bekerja, mula-mula nadi bertambah, tetapi kemudian menetap sesuai dengan kebutuhan dan setelah berhenti bekerja, nadi berangsur kembali kepada normal. Jantung yang baik sanggup rneningkatkan jumlah denyutannya dan normal kembaIi sesudah kegiatan dihentikan.
Jumlah denyutan jantung merupakan petunjuk besar-kecilnya beban kerja. Pada pekerjaan sangat ringan denyut jantung adalah kurang dari 75, pekerjaan ringan diantara 75 - 100, agak berat 100 - 125, berat 125 - 150, sangat berat 150 - 175 dan luar biasa berat lebih dari 175/menit. Maksimum denyut nadi orang muda adalah 200/menit, sedangkan mereka yang berusia 40 tahun keatas 170/menit. Jantung yang sehat dalam 15 menit sesudah kerja akan bekerja normal kembali seperti sebelumnya.
Denyut jantung masih dipengaruhi oleh keadaan cuaca kerja, reaksi psikis dan psikologis, keadaan sakit dan lain-lain.
Salah satu keperluan utarna otot untuk pekerjaannya adalah zat asam, yang dibawa oleh darah arteri kepada otot untuk pembakaran zat dan menghasilkan energi. Maka dari itu, jumlah O2 yang dipergunakan oleh tubuh untuk bekerja merupakan salah satu petunjuk pula dari beban kerja. Sebagaimana diketahui O2 diambil oleh kapiler darah didalam paru-paru, kemudian masuk da1am darah balik dari paru-paru yang kaya zat asam. Maka keadaan dari paru-pam dan alat pernafasan akan berpengaruh pula kepada pengembalian O2  ini oleh tubuh.
Untuk bekerja perlu energi hasil pembakaran. Semakin berat bekerja, semakin besar tenaga yang diperlukan. Dalam hubungan ini jumlah kalori merupakan juga petunjuk besarnya beban pekerjaan. TimbuInya panas dari tubuh sejalan dengan kenaikan suhu badan, terutama suhu rectal, dan usaha-usaha tubuh untuk mengeluarkan panas akibat metabolisme. Sebagai akibat terakhir ini, kecepatan penguapan lewat keringat juga merupakan indikator beban fisiologis dari badan. Namun indikator-indikator ini masih dipengaruhi pula oleh keadaan cuaca kerja.
Beban kerja fisiologis dapat didekati dan banyaknya O2 yang digunakan tubuh, jumlah kalori yang dibutuhkan, denyutan jantung suhu netral dan kecepatan penguapan lewat berkeringat.
Beban kerja ini menentukan berapa lama seseorang dapat bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya. Makin besar beban, makin pendek waktu seseorang dapat bekerja tanpa kelelahan atau gangguan.
Hati dan otot adalah tempat penimbunan bahan bakar (gIikogen). Dalam keadaan otot kekurangan bahan bakar, penimbunan dari hati akan dimobilisir ke otot. Usus adalah tempat penyerapan dari bahan-bahan bakar ini.
Ginjal tidak kalah pentingnya, oleh karena merupakan alat pertukaran zat bagi bahan-bahan terlarut. Ginjal sangat baik terutama diperlukan pada pekerjaan dengan cuaca kerja panas.
Selain faktor beban kerja dan pera1atan di dalam tubuh, faktor waktu dan factor-fakttor lingkungan sangat berpengaruh kepada faa1 kerja. Waktu mungkin da1am lamanya, tetapi juga dalam periodisitasnya. lamanya bekerja tergantung dari kemampuan seorang tenaga kerja, beban kerja dan lingkungan. Sedangkan periodisi tas ada1ah sehubungan dengan irama-irama biologis, yaitu perubahan-perubahan faa1 yang datang dan hilang secara bergelombang. Periodisitas demikian banyak  dipelajari da1am I/mu Kronobiologi atau Bioperiodisitas.
B. ERGONOMI
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda, seperti "Arbeitswissenschaft" di Jerman, "Bioteknologi" di negara-negara Skandinavia; "Human Engineering", "Human Factors Engineering" atau "Personnel Research" di Amerika Utara. Ergonomi adalah pengetrapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu tehnik  dan tehnologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain  secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan efftisiensi dan kesejah teraan kerja.
Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan iImu seperti antro­pologi, biometrika, faa1 kerja, higene perusahaan dan kesehatan kerja, perencanaan kerja, riset terpakai, dan cybernetika. Namun kekhususan utamanya ada1ah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan peralatannya. Dalam ha1 ini, diperlukan kerja-sama diantara peneliti dan tehnisi serta ahli tentang pemakaian alat-alat dengan pengukuran, pencatatan dan pengujiannya.
Perbaikan kondisi-kondisi kerja buruk dan tanpa perencanaan biasanya maha1, maka usaha sebaiknya dimulai dari perencanaan oleh suatu team ergonomi yang memungkinkan proses, mesin-mesin dan hasil produksi yang memenuhi persyaratan. Ergonomi dapat diterapkan pada semua tingkatan dari lokal sampai kepada nasiona1. Secara lokal dapat dimulai dengan inisiatif dokter perusahaan, kepala personalia, pengusaha, dan lain-lain yang mencoba upaya sendiri atau dengan memanggil penasehat dari luar. Pelayanan dapat diberikan oleh lembaga.lembaga khusus atau universitas. Oleh Pemerintah, pengetrapan ergonomi dapat dibina melalui peraturan-peraturan, standard-standard, dan spesifikasi resmi.
Program ergonomi meliputi penentuan problematik, percobaan untuk peme. cahan, pengetrapan hasil percobaan dan pembuktian effektivitas. Da1am praktek, sering pendekatan mela1ui "trial dan error". Penentuan problematik dilakukan dengan melihat gejala-gejala seperti absenteisme, ganti-ganti kerja dan lain-lain yang rnungkin merupakan akibat dari beban kerja yang berlebihan, organisasi kerja yang tidak baik, kesulitan melakukan latihan kerja,sebagai pencerminan buruknya design peralatan dan cara kerja. Kemudian diadakan ana1isa pekerjaan, pera1atan dan bahan, yang meliputi juga"time and motion study", observasi langsung atau te1emetris dari parameter fisiologi, analisa bahaya-bahaya, proses produksi, model-model dan lain-lain. Atas dasar penemuan, diadakan usaha-usaha perbaikan, yang hasilnya tercermin  
Ergonomi mempunyai peranan penting dalam industrialisasi. Mekanisasi dan automasi tidak saja terjadi pada industri, tetapi juga pada pertanian dan pekerjaan administrasi, maka timbullah permasalahan sebagai berikut:
Ergonomi dapat mengurangi beban kerja. Dengan eva1uasi fisiologis, psiko­logis atau cara-cara tak langsung, beban kerja dapat diukur dan dianjurkan rnodefikasi yang sesuai diantara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja, tetapi dengan itu produktivitas juga ditingkatkan. Dalam evaluasi kapasitas dan isi kerja, perhatian terutama perlu diberikan kepada kegiatan fisik. yaitu intensitas, tempo, Jam kerja dan waktu istirahat, pengaruh keadaan lingkungan (kelembaban, suhu, gerakan udara, kebisingan, penerangan, warna, debu dan lain-Iain). data biologis (modefikasi makan dan minum, pemulihan sesudah tidur dan istirahat, perubahan kapasitas kerja oleh karena usia) dan kekhususan-kekhususan pekerjaan (misal getaran mekanis, kerja malam, kerja bergilir). Tambahan pula, per1u diperhatikan keadaan­keadaan setempat seperti iklim dan keadaan gizi, di daerah panas atau pegunungan. di laut, pada ketinggian tinggi atau di bawah tanah. Di negara berkembang, soal iklim dan gizi adalah faktor penting.
Suatu lapangan penting dalam ergonomi adalah gerakan dan sikap badan. yang berpengaruh kepada pemakaian energi dan fungsi sensorimotoris. Ilmu tentang gerakan dan sikap badan disebut biomekanika. Seorang tenaga kerja dikatakan sesuai dengan pekerjaannya ditinjau dari sudut biomekanika, apabila sikap tubuhnya baik, tenaga kerja dilatih dalam ketrampilan kerja dengan metoda-metoda kinetika (gerakan-gerakan), tempat duduk adalah nikmat pegangan-pegangan mesin dan alat mudah dicapai, serta latihan fisik dilaksanakan waktu kerja atau melalui akitivitas oleh raga.
Bagian semakin penting dari banyak pekerjaan adalah persepsi dan penafsiran dari tanda-tanda yang memerlukann pengambilan keputusan dan selanjutnya reaksi Dengan ergonomi, kecepatan persepsi dan pengambilan keputusan dapat dipermudah. tekanan mental, kelelahan, gangguan kewaspadaan, gangguan-gangguan faal, Dan  kesalahan-kesalahan dapat dicegah sehingga produktivitas dapal dipelihara. Faktor penting dalam pendirian ada1ah ambang rasa, kewaspadaan, pembedaan dan penafsiran. HaI ini dapat berfungsi secara baik, apabi1a tanda-tanda diatur memenuhi ketentuan-ketentuan tertentu. Caranya, pertama-tama, dengan mempela. jari bentuk dan penempatan tanda-tanda, penyajian kwalitas (skala) dan sifat-sifat dari tanda (optik, akustik atau perabaan). Kedua ada1ah mempelajari kwalitas dan kwantitas dari tanda-tanda da1am hubungan kemampuan tenaga kerja untuk menafsirkan dan mengingat tanda tersebut. Mungkin diperlukan modefikasi pengolahan data secara mekanis atau elektronis, agar pekerja lebih mudah melakukan pekerjaannya. Sebagai jawaban terhadap suatu tanda, pekerja harus melaksanakan gerakan-gerakan, yang.perlu diatur, agar pegangan-pegangan diletak­kan secara baik, yaitu'mudah dicapai. dalam arah yang tepat dan sesuai dengan gaya yang diperlukan.
Ergonomi dapat digunakan dalarn menelaah sistem manusia dan produksi yang kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja dan yang mana kepada mesin.
C. ERGOMETRI
Ergometri adalah ilrnu untuk rnengukur kerja. Biasanya ada dua hal yang
ditentukan :
Dalam tubuh, ketika bekerja. tenaga kimia dirubah menjadi tenaga mekanik dan panas. Untuk hal ini diperIukan O2 sebagai bahan pembakar. Maka dari itu, banyaknya O2 yang dipakai menjadi petunjuk pemakaian tenaga. Cara menentukan pemakaian tenaga dengan pengukuran O2 adalah disebut cara tidak langsung sebenarnya ada usaha secara langsung dengan dasar kalorimeter, tetapi cara ini hanya dapat dikerjakan di laboralorium yang sangat khusus. Dari pemakaian 02 jumlah kalori dihitung dengan dasar persamaan satu liler oksigen = 4,7 - 5,0 kilokal/menit.
Untuk menentukan pemakaian tenaga pada pekerjaan sehari-hari, perlu dilakukan inventarisasi dari kegiatan seluruh hari. yang meliputi tidur, duduk, berjalan, bekerja, dan sebagainya dan berapa lamarya dari kegiatan-kegiatan itu. Untuk tiap-tiap kegiatan, kemudian diukur pemakaian O2 atau digunakan table-tabel tertentu. Yang biasanya ditentukan secara pengukuran adalah pengerahan tenaga selama bekerja. Sehingga perlu cara-cara pengukuran O2 waktu bekerja.
Cara-cara dan alat-alat yang dipakai adalah : '
Hasil pengukuran pengeluaran tenaga menurut kegiatan-kegiatan disajikan dalam data-data atau tabel-tabel. Data-data ini jangan dianggap sebagai suatu ketetapan fisik, oleh karena data itu merupakan harga rata-rata secara statistik dari variabel biologis. Tidak terdapat nilai normal yang tungga1, oleh karena variabilitas manusia sangat besar. Angka-angka tentang pemakaian tenaga ditentukan oleh populasi yang diselidiki, usia dan pekerjaan.
Kemampuan fisik maksimum terutama diukur dari kemampuan jantung. Sebenarnya pengukuran kemampuan otot-otot pada umumnya dapat juga memberikan derajat ketelitian tinggi.
Pemakaian O2 meningkat dengan besamya tenaga dari tubuh yang harus dikeluarkan, tetapi peningkatan ini ada maksimumnya, yaitu sesudah zat asam jenuh didarah. Penggunaan O2 maksimum inl menentukan kapasitas aerobik dari tubuh. Kenyataannya sesudah kadar ini dicapai, tubuh masih juga dapat bekerja dengan tenaga yang lebih besar ,untuk waktu yang tidak lama, yaitu dengan metabolisme secara anaerobik (=tanpa O2). Pengukuran kapasitas aerobic ini sulit dan berbahaya terutama menghadapi orang dengan usia lanjut dan menderita insufflensi koroner.
Maka dipakailah cara evaluasi tidak langsung dari kapasitas aerobik sebagai berikut :
Kapasitas aerobik dihitung dari usia, berat badan dan Denyutan jantung untuk suatu kegiatan submaksimal.
Sebagai kegiatan bagi uji fisik adalah:
Kapasitas aerobik dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada pekerjaan yang sifatnya mengangkat berat badan (seperti uji naik turun bangku), tenaga yang dibutuhkan proporsionil dengan berat badan, maka O2 yang dipakai sebaiknya dinyatakan dalam cm3/kg berat badan. Tidak demikian halnya pada pekerjaan yang harus memindahkan bebas luar, dalam hal ini lebih baik dinyatakan nilai absolutnya. Denyutan jantung berkurang menurut usia, hal ini mempengaruhi penafsiran kemampuan aerobik dalam pekerjaan submaksimal dan nilai yang ditemukan dan monogram Astrand perlu dikoreksi:
Usia dalam Tahun
Denyutan Jantung maksimum permenit
Faktor Koreksi astrand
20-29
195
1,00
30-39
189
0,87
40-49
182
0,78
50-59
170
0,71
60-69
162
0,65
 Kapasitas aerobik maksimum dari orang laki-laki berkurang secara tingkat demi tingkat dari usia 25 - 30 tahun dan pada usia 70 tahun nilainya hanya setengah dari yang berusia 20 tahun. Pada wanita, puncaknya ditemukan pada pubertas, tetapi penurunan terjadi kemudian pada menopause. Kapasitas aerobic rata-rata perkilogram berat badan wanita muda adalah 70% dari pada laki-laki muda.
Pada semua masyarakat, kemampuan aerobik maksimun menunjukkan perbedaan individuil. Tertinggi ditemukan pada olahragawan terutama pelari cepat. Pekerjaan berefek tidak sebesar olahraga terhadap kapasitas aerobik; Pekerjaan­pekerjaan terpenting misalnya pemotong kayu. Dalam masyarakat industri, aktivitas olahraga waktu luang berefek lebih besar dari pada pekerjaan.
Jika seseorang mulai berlatih, denyut jantungnya pada waktu istirahat dan kegiatan submaksimal akan menurun beberapa waktu sebagai tanda habituasi. Latihan yang berat dan lama menyebabkan kenaik.an kemampuan aerobik kira-kira 10%.
Jika tenaga kerja dikerjakan untuk pekerjaan-pekerjaan berat, uji fungsi kardiovaskuler dapat dipergunakan untuk menentukan kesanggupan tenaga kerja dalam pekerjaannya. Dari pengalaman, jika pekerjaan dilakukan dengan 35 - 50% kapasitas aerobik maksirnum. tidaklah terjadi kelelahan atau keluhan. Dengan menggunakan denyutan jantung sebagai indicator,  maka sebaiknya denyutan jantung para pekerja tidak melebihi 120/menit.
D. AUTOMASI
Istilah automasi pertama-tama dimajukan oleh Harder dari Ford Motor Company. Mula-mula konsep automasi Detroit adalah seni penggunaan alat-alat mekanik untuk mengerjakan potongan bahan pekerjaan ke atau dari alat, melanjut­kan dalam proses seterusnya, memisahkan sisa-sisa dari proses dan melakukannya secara berurutan menurut waktu sesuai dengan proses produksi, sehingga sebagian atau keseluruhan dari proses dapat dikendalikan dengan cara pijit tombol pada tempat strategis. Sesudah itu Diebold mendefinisikan automasi sebagai penggunaan mesin untuk menjalankan mesin.
Defenisi-defenisi di atas terlalu menonjolkan aspek produktivitas dan teknologi, sehingga elemen manusia terlupakan. Maka dari itu, automasi harus diartikan suatu Sistem yang meliputi alat-alat mekanik, peralatan kerja lain dan manusia yang diperlukan untuk mengerjakan bahan atau keterangan menjadi suatu produk barang atau jasa yang dikehendaki. Pertimbangan pertama automasi adalah pengoptimalan produksi oleh manusia dan atau mesin.
Yang menentukan tingkat automasi adalah perbandingan kwalitatif dan kwantitatif diantara upaya manusia yang diberikan kepada proses produksi (= input) dan hasil obyektif dari proses (output) serta pengaruh lingkungan terhadap hubungan manusia dan proses. Demikian pula hubungan di antara manusia dan mesin mengenai kemampuan dan limitasi masing-masing merupakan suatu faktor yang perlu diperhatikan.
E. BEDA MANUSIA DAN MESIN
Mekanisasi adalah penggantian manusia sebagai sumber tenaga atau sebagai alat untuk memberikan keterangan dalam pengaturan tenaga. Mekanisasi adalah satu bagian dari automasi.
Terdapat empat tingkat dalam perkembangan automasi, yaitu dari kerja tangan sampai kepada automasi penuh. Tingkat-tingkat itu adalah :
Salah satu alasan automasi adalah kecilnya kekuatan manusia dibandingkan dengan sumber-sumber tenaga lainnya. Selanjutnya dibuat satu daftar perbedaan antara manusia dan mesin. Kedua-duanya dapat saling melengkapi dengan sebaik-baiknya.

PERBEDAAN MANUSIA DAN MESIN

MESIN
MANUSIA
Kecepatan
Luar biasa baik
Kelambatan 1 detik
Tenaga
Dapat diatur dengan baik-baik: besar, menetap dan dapat dibuat kekuatan standar
2 kekuatan kuda (KK) untuk 10 detik; 0,5 KK untuk beberapa detik; dan 0,2 KK untuk pekerjaan terus menerus sehari
Keseragaman
Cocok untuk pekerjaan-pekerjaan rutin, berulang dan perlu ketetapan
Tidak dapat dipercaya. Perlu dimonitor dengan mesin
Kegiatan jamak
Banyak saluran
Satu saluran
Ingatan
Terbaik untuk memproduksi sesuatu yang ditentukan dan bersifat penyimpanan jangka pendek
Segala macam dengan pendekatan dari berbagai sudut. Baik untuk menentukan dasar-dasar pikiran dan strategi
Berfikir
Deduktif baik
Induktif baik
Hitung menghitung
Cepat dan tepat, tetapi tak memiliki kemampuan untuk koreksi
Lambat dan sangat mungkin melakukan kesalahan, tetapi cukup kemampuan untuk koreksi
Pendirian
Dapat menjadi indera penambah, seperti kemampuan menangkap gelombang mengionisasi
Menerima rangsangan-rangsangan dari berbagai energy dan mengolahnya bersama-sama, misalnya mata sekaligus menentukan lokasi  relative, gerakan dan warna. Baik untuk menentukan pola, misalnya dapat menentukan tanda pada kebisingan yang besar

Dapat dibuat tidak peka terhadap rangsangan-rangsangan luar
Dipengaruhi oleh panas, dingin, kegaduhan dan getaran (yang melewati batas tertentu)
Reaksi terhadap beban yang melebihi kemampuan
Kerusakan tiba-tiba
Degradasi
Kepintaran
Tidak ada
Dapat menyesuaikan sesuatu yang tak terduga. Dapat meramalkan
Kecakapan manipulasi
Khusus
Sangat besar
 Manusia terbatas dalam hal kecepatan dan ketelitian. Selain itu, kecepatan kerja yang lebih besar selalu disertai penurunan ketelitian. Dalam hal inilah automasi memegang peranan sangat penting.
F. KELELAHAN
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut :
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya. Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.
Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyerinyang terdapat pada otot. Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah persyaratan dan psikis.
Adalah suatu pengalaman yang dikenal oleh umum, bahwa kelelahan yang terus menerus setiap hari berakibat keadaan kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja sore hari, tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya. Perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala. Gejala-gejala psikis adalah perbuatan-perbuatan antisosial dan tak cocok dengan sekitarnya, depresi, kurangnya tenaga beserta kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-kelainan psi1cosomatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan-gangguan fungsi paru-paru dan jantung. kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan, tidak dapat tidur, dan lain-lain.
Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis. Oleh karenanya terjadi kecendrungan meningkatnya absenteisme terutama mangkir kerja jangka pendek. Sebabnya adalah kebutuhan untuk beristirahat lebih banyak atau meningkatnya angka sakit. Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik-konflik mental atau kesulitan-kesulitan psikologis. Sìkap negatif terhadap kerja, perasaan terhadap atasan atau lingkungan kerja memungkinkan faktor penting dalam sebab ataupun akibat.
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat dicapai dengan pengaturan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar-kamar istirahat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain. Pengetrapan ergonomi dalam hal pengadaan tempat duduk, meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu. Demikian pula organisasi proses produksi yang tepat Selanjut­nya, usaha-usaha perlu ditujukan kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik.
Monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna serta dekorasi pada lingkungan kerja, musik di tempat kerja dan waktu-waktu istirahat untuk latihan-latihan fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk. Seleksi dan latihan dari pekerja, lebih-lebih supervisi dan penatalaksanaannya juga memegang peranan penting.
G. WAKTU KERJA 
Waktu kerja bagi seseorang menentukan effisiensi dan produktivitasnya. Segi-segi terpenting bagi persoalan waktu kerja meliputi :
Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam. Sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai effisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Dalam seminggu, seseorang biasanya dapat bekerja dengan naik selama 40-50 jam. Lebih dari itu, terlihat kecendrungan tumbuhnya hal-hal yang negatif. Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diingini. Jumlah 40 jam kerja seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada berbagai faktor.
Jika diteliti suatu pekerjaan yang biasa, tidak terlalu ringan atau berat, produktivitas mulai menurun sesudah 4 jam bekerja. Keadaan ini terutama sejalan dengan menurunnya kadar gula di dalam darah. Untuk hal ini, perlu istirahat dan kesempatan untuk makan yang meninggikan kembali kadar bahan bakar di dalam tubuh. Maka dari itu, istirahat setengah jam sesudah 4 jam kerja terus menerus sangat penting artinya.
Pekerjaan berat ditandai dengan pengerahan tenaga yang besar dalam waktu relatif lebih pendek. Otot-otot  susunan kardiovaskuler,  paru-paru, dan lain-lain harus bekerja sangat berat. Maka dari itu, beban demikian tidak bias secara terus-menerus dilakukan melainkan perlu istirahat-istirahat pendek setiap selesai suatu tugas. Inilah yang dinamakan organisasi kerja yang baik, yaitu selalu diberikan kesempatan kepada tubuh untuk pulih kembali setelah memikul suatu beban pekerjaan. Sebagai misal, sesudah memikul beban 50 kg sejauh 10 meter, kepadá tenaga kerja sebaiknya diberi kesempatan beberapa menit untuk istirahat.
Untuk rnenentukan lamanya seorang tenaga kerja bekerja dengan suatu tingkat pengerahan tenaga, dipergunakan kenyataan, bahwa pengerahan tenaga maksimal dengan seluruh kapasitas aerobik dapat berlangsung hanya 4 menit, pengarah tenaga dengan 1/3 x kapasitas aerobik dapat berlangsung 480 menit,
Dalam soal periode kerja siang atau malam, sangat menarik adalah kerja bergilir, terutama kerja malam. Sehubungan dengan kerja malam ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
Sebagai jalan keluar dalam memecahkan persoalan kerja malam pada si~tim regu ini adalah :
Tanpa perhatian yang sebaik-baiknya kerja malam hanya akan menghasilkan tingkat produktivitas yang rendah sekali.
H. FAAL KERJA
Ilmu tentang faal yang di khususkan untuk manusia yang bekerja disebut faal kerja. Secara faal, bekerja adalah hasil kerjasama dalam koordinasi yang sebaikbaiknya dari dria (mata, telinga, peraba, perasa dan lain-lain), otak dan susunan saraf-saraf di pusat dan perifer, serta otot-otot. Selanjutnya untuk petukaran zat yang diperlukan dan harus dibuang masih diperlukan peredaran darah ked an dari otot-otot. Dalam hal ini, jantung, paru-paru. hati, usus, dan lain-lainnya menunjang kelancaran proses pekerjaan.
Mula.mula koordinasi indera, susunan syaraf, otot. dan alat-alat lain berjalan secara sukar dan masih harus disertai upaya-upaya yang diperlukan. Kenyataan ini terlihat pada seorang tenaga kerja baru yang sedang menjalani latihan. Lambat laun gerakan menjadi suatu ref1eks, sehingga bekerja menjadi automatis. Semakin cepat sifat refleks dan automatis tersebut yang disertai semakin baik koordinasi serta hasil kerja, semakin tinggi pulalah ketrampilan seseorang.
Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama untuk pekerjaan fisik. Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas. Kekuatan ditentukan oleh jumlah yang besar serat-seratnya, daya kontraksi dan cepatnya berkontraksi. Sebelum kontraksi (mengerut), darah diantara serat-serat otot atau di luar pembuluh-pembuluh ototnya terjepit, sehingga peredaran darah, jadi juga pertukaran zat terganggu dan hal demikian menjadi sebab kelelahan otot. Maka dari itu, kerutan yang selalu diselingi pelemasan, disebut kontraksi dinamis, sangat tepat bagi bekerjanya otot-otot.
Pekerjaan-pekerjaan demikian misalnya mengayuh pedal, sepeda, memutar. roda, memukul lonceng, mencangkul dan lain.lain. Kerja terus-menerus dari suatu otot, sekalipun bersifat dinarnik, selalu diikuti dengan kelelahan, yang perlu istirahat untuk pemulihan. Atas dasar kenyataan itu, waktu istirahat dalam kerja atau sesudah kerja sangat penting. Kelelahan otot secara fisik antara lain akibat zat-zat sisa metabolisme seperti asam laktat, C02, dan sebagainya. Namun kelelahan, sesuai dengan mekanisme kerja, tidak saja ditentukan oleh keadaan ototnya sendiri, melainkan terdapat komponen mental psikologis yang sering-sering juga besar pengaruhnya. Otot-otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan dari padanya, bertambah panjangnya waktu later kontraksi dan waktu melemas, berkurangnya koordinasi, serta otot gemetar (tremor).
Otot dan tulang merupakan dua alat yang sangat penting dalam bekerja. Kerutan dan pelemasan otot dipindahkan kepada tulang menjadi gerakan-gerakan fleksi, abduksi, rotasi, supinasi dan lain.lain. Demikian pentingnya kedua alat ini sebagai suatu kesatuan, maka berkembanglah ilmu biomekanik, yaitu ilmu tentang gerakan otot dan tulang, yang dengan pengetrapannya diharapkan, agar dengan tenaga sekecil-kecilnya dapat dicapai hasil kerja sebesar-besarnya. Biomekanika memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang gerakan-gerakan dan kekuatan pada penggunaan leher dan kepala, tulang belakang, lengan, tangan, kaki, jari-jari dan sebagainya.
Otot dan tulang merupakan faktor-faktor terpenting bagi ukuran-ukuran tubuh, ukuran tinggi dan besar dari tubuh ataupun bagian-bagiannya. Ukuran-ukuran ini menentukan pula kemampuan fisik tenaga kerja. Peralatan kerja dan mesin perlu serasi dengan ukuran-ukuran demikian untuk hasil kerja sebesar-besarnya. Maka berkembanglah ilrnu yang disebut Antropometri, yaitu ilmu tentang ukuran-ukuran tubuh, baik dalam keadaan statis, ataupun dinamis.
Yang sangat penting bagi pekerjaan adalah ukuran-ukuran:
Tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, depan dan panjang lengan.
Tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, tinggi lutut, jarak lekuk lutut-garis punggung, jarak lekuk lutut­ telapak kaki.
BAB III
KESIMPULAN
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.